(#BukuUntuk2022)

Selesai baca buku ke-8
Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit – Rusdi Mathari
Mojok, Sleman (2021)
78 halaman
Lama baca: 28-30 September 2023

Intro

Buku kedua Cak Rusdi yang aku baca. Aku memilih buku ini karena tipis. Sesederhana itu alasan mengapa buku ini menjadi teman selanjutnya. Tidak perlu aku jelaskan lebih detail atas alasan memilih buku yang tipis. Setidaknya, alasan itu sudah menjadi template beberapa buku terakhir.

Blurb

Saya harus mengetik, harus bertahan dan hidup. Menulis adalah pekerjaan saya. Karena itu saya mencoba menulis menggunakan gajet, meskipun hanya dengan satu jari. Tangan kiri memegang gajet, jempol kanan mengetik.

Review

Sebelum mengulas semua hal, perlu pertama-tama mengirimkan doa yang terbaik kepada Cak Rusdi yang telah mendahului semua capaiannya. Teruntuk Cak Rusdi, al fatihah!

Sampul buku ini seolah-olah menggambarkan perputaran roda, selayaknya judul buku ini. Lingkaran-lingkaran itu berpadu menjadikan kesan yang menarik. Sekilas, aku mencermati begitu, mungkin dapat ditafsirkan lain oleh orang lain.

Buku ini dibuka dengan intro dari penerbit yang membuat dada terasa sesak. Siapapun yang membacanya, aku dapat memastikan rasa itu turut terbit di relung-relung kehampaan yang berada jauh di dalam sana. Cak Rusdi tetap menulis di detik-detik terakhir usianya. Bergelut dengan imajinasi di atas ranjang, di rumah sakit. Dikirimkan ke Mojok secara berkala, meski tidak sampai tamat.

Tokoh dalam buku ini adalah Cak Rusdi sendiri. Buku ini seperti monolog karena Cak Rusdi menggunakan sudut pandang orang pertama. Cara berceritanya begitu runtut dan jelas, bahkan mungkin bisa terbilang detail. Bercerita tentang penyakitnya dan situasi perjalanan penyembuhannya.

Meskipun buku ini memiliki tokoh tunggal, tetapi setiap ceritanya tidak beralur sehingga aku mengkategorikan bahwa buku ini merupakan antologi cerita. Bahkan, selipan antara judul satu dengan lainnya, terkadang disisipi penggalan chat antara Cak Rusdi dan Mojok. Buku tipis yang berat.

Salah satu isu substansial yang dibahas dalam buku ini adalah menelanjangi program “BPJS” di penyelenggara kesehatan. Menggambarkan, orang sakit menjadi tambah sakit karena mengurus urusan ini dan itu untuk dapat mendapatkan pelayanan gratis dari pemerintah. Untung, Cak Rusdi kemudian mendapatkan jalan yang lain, lebih mulia, dan menjadi jalan terakhir baginya.

Buku ini sebenarnya dapat diselesaikan dalam sekali duduk. Hanya saja, akunya yang terlampau malas. Selebihnya, aku menuliskan catatan pada saat proses membacanya dengan sebuah thread, yang dapat diakses melalui https://s.id/dalifnun-sepertirodaberputar 

Rate

***/**