Pondok sudah akan memulai lagi masa-masa madrasah, setelah satu purnama libur. Terletak di seberang rumahku, pondok tidak terlalu besar tetapi santri kalongnya teramat banyak. Setiap selepas Isya, biasanya macet di depan rumahku. Termasuk aku, santri kalong tersebut, atau juga disebut santri kampung. Continue reading “Gapura Pondok”
“Ahlussunah itu seperti sarang tawon, Cung!” seru Sang Kiai sambil mengangkat penjalin dari tangannya.
Santri pun bingung. Mereka lebih suka menyuarakan pendapatnya dengan mengubah ekspresi wajahnya. Ketika mulut berbicara, maka Kiai-lah yang ber’duka’. Kadang ada santri yang tengok sana dan sini mencari tahu apa maksud dawuh Kiai. Namun kali ini, seorang santri memberanikan mentalnya untuk mengangkat tangannya. Continue reading “Sarang Tawon Aswaja”
“Kang? Leptop e nganggur?” tanyaku kepada Kang Ma’ruf yang sedang sibuk bermain smartphone.
“He eh,” jawab Kang Ma’ruf singkat.
Daku pegang benda berbentuk aneh di samping laptop ini. Orang-orang menyebutnya Mouse. Tikus dalam arti Indonesia, tetapi apa korelasinya dengan perangkat hebat seperti ini jika dibandingkan dengan tikus dalam aslinya.
Terdapat folder bernama “Adobe Premiere Pro”. Setelah daku buka folder itu, ada satu judul yang membuatku penasaran. Coba aku klik dua kali pada file itu. Daku sempat kaget ketika kemudian layar menjadi hitam dan muncul tulisan di GOM. Padahal sebelumnya daku baca BOM. Jantungku berdetak kencang.
Continue reading “Isak Tangis”
Malam itu, daku terbangun tepat sepertiga malam. Daku tahu karena handphone yang bersanding di bantal itu menyala dan menunjukkan angka digital. Terbangun, bukan sengaja untuk bangun, tetapi ‘nglilir’ dari suntuknya mimpi. Continue reading “Wali Jomblo”
Pagi yang cerah membasahi bumi Gedongharjo. Masih rimbun dan banyaknya pohon memberikan kesejukan yang lain dari suasana perkotaan. Kang Makruf, seorang pengelana yang menjelajahi kota Jakarta dengan kesuksesannya kembali menilik pondok yang mendidiknya dulu, Hidayatuth Tholibi-en. Continue reading “Pertalite”
Setelah menamatkan Madrasah ‘Aliyah di Jombang, Khoir, Judin, dan Dullah melalang buana di kota pelajar. Mereka melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi yang terdapat di Yogyakarta. Mereka berpencar dengan jurusan dan fakultas yang saling berbeda, bahkan universitasnya pun berbeda. Singkat ceritanya, setelah beberapa bulan mengikuti kegiatan perkampusan yang sedemikian rupa, mereka berkumpul pada suatu angkringan di dekat Nol KM. Continue reading “Maba NU”
“Cung, lapo gak ngaji?” tanya Kiai dengan penjalin yang tergenggam di tangannya.
Sontak seorang yang dipanggil “Cung” tadi kaget. Agak sedikit berjingkrak dari tempatnya semula yang duduk sambil menghadap ke layar lebar di depannya. “Nga… ngapunten Yai, nembe nggarap tugas sekolah,” jawab seorang itu kaku dan bergetar. Continue reading “SAAT FLAPPY BIRD MASUK PONDOK”