Hanya demi senja
Seorang Pujangga berdiri mematung di pinggir kota
Menyaksikan perpisahan dengan seksama
Mengamati perubahan di ujung cakrawala
Dengan melukiskan cerita
Dalam bait-bait nestapa
Dikisahkannya duka
Menggores dalamnya luka
Meski tak ada darah, tak ada yang menganga
Tapi, disayatkannya pena dengan penuh rasa
Meski sedih, tak ada air mata
Disekanya dalam diam senja

Hanya demi senja
Seorang Pujangga memandang lekat kepergian
Bait-bait yang disayatkan
Menangisi sebuah perpisahan
Tanpa lelehan
Tanpa arti pamitan
Tanpa harapan

Bukan
Hanya demi senja
Tetapi
Untuk sesosok yang murca

Seorang Pujangga
Menuliskan bait-bait duka lara


D.27.7.20