Ternyata aku terlupa untuk membuat jurnal penutup #BukuUntuk2022. Resensi buku pertama di tahun 2023 sudah akan terposting, tetapi aku belum melihat adanya postingan tutup buku tahun kemarin. Pada akhirnya, aku susulkan di bulan ketiga ini. Sudah cukup telat, tetapi daripada tidak sama sekali. Tolong dimafhumi, pekerjaan pokok adalah kewajiban yang harus ditunaikan, sedangkan ihwal ini merupakan hobi yang untuk kesenangan.

Kilas Balik

Tahun 2022 menjadi tahun keenam budaya tertib baca dengan melakukan penulisan review dari buku-buku yang aku baca. Cukup istiqomah, harapannya hal ini menjadi tradisi pribadi yang tidak goyah dalam keadaan apapun. Meskipun, buku yang terbaca berkurang. Tahun 2022 menandakan hal tersebut, buku yang terbaca jauh dari capaian #BukuUntuk2021.

Alasan dari berkurangnya buku yang aku baca di 2022 adalah fokus menyelesaikan tugas akhir di strata dua pendidikanku. Cukup menguras waktu, sehingga buku diposisikan sebagai sarana eskapis dari keruwetan sitasi. Tuntutan tesis yang juga harus membaca dan mengumpulkan data-data normatif, tentu saja berbenturan dengan agenda membaca. 

Pola dari alur membaca dan review ku, kemungkinan tidak akan berubah. Sudah cukup memiliki pola yang jelas, hanya poles-poles dikit saja. Tidak ada hal-hal kebaruan dalam tradisi review ini. Akun yang kumiliki sudah cukup banyak, ditambah dengan Bookmory. Sehingga ada twitter, wordpress, instagram, goodread, dan bookmory. Menghidupkan mereka butuh effort yang tinggi di tengah gempuran pekerjaan.

Harapan

2023 aku tetap meneruskan budaya baik ini sebagai konsekuensi sejarah. Meskipun, buku yang akan terbaca menurun. Keinginan untuk eskapisme menjadi sebuah dorongan kuat untuk terus membaca. Alasan yang rasional dan logis di tengah-tengah kejenuhan yang kemungkinan besar tercipta oleh suntuknya pekerjaan. 

Semoga kelakuan menumpuk to be read dapat ditekan untuk menggila. Tentu saja, ini dalam rangka menyukseskan program baca-baca di tahun-tahun mendatang. Buku yang bertumpuk sudah bisa menghidupi dua musim panas. Perlu kesadaran penuh untuk mengurangi kebiasaan terlalu sering membeli. Belilah sesuai prioritas. 

Tahun 2023 dan 2024 cukup berat, menjadi komisioner Panitia Pengawas Pemilihan Umum cukup menyita waktu. Belum ada dua pekerjaan lain yang melekat. Perlu jeli dalam memanfaatkan waktu. Membaca dapat menjadi upaya optimalisasi me time secara berkualitas daripada scroll reels. Sama-sama menghibur tetapi jelas beda kualitasnya. 

Statistik

Perlu kiranya aku menghitung capaian #BukuUntuk2022 dan membandingkannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2022 menjadi angka yang standar dengan capaian 2017 dan 2019. Sepertinya. angka yang stabil yaitu 15 buku per tahun. 2021 memang lain, ada konteks lain yang melatarbelakanginya. 2020 ini memiliki beban yang sama yaitu menjadi penyelenggara pemilihan kepala daerah. Sepertinya sudah memiliki pola capaian per tahun.

Lalu, apabila jumlah halaman dibuat dalam bentuk grafik, maka sangat terlihat ketimpangannya. Jauh dari capaian tahun-tahun sebelumnya. Jauh, dibawah angka standar minimal 4000 halaman per tahun. Masih sama dengan tahun 2021, ternyata ada selisih jumlah angka di goodreads dengan hitung manual. Apakah hal ini dapat diajukan sengketa hasil?

Soal selisih hitungan ini ada yang menarik. Ternyata antara 2021 dan 2022 tidak jauh beda selisihnya, sekitar 400-an halaman. Ukuran satu buku sendiri. Tetapi dalam rekap tertulis sesuai semua, jumlah buku yang terbaca di Goodreads tidak beda. Hanya jumlah halamannya saja yang berbeda. Tenang, meskipun argo Goodreads jalan, program kerja dari BSBD (Biro Statistik Buku Dalifnun) tetap jalan juga. Ngawekani kalau KPK memproses korupsi halaman sejumlah empat ratus itu.

Wasana

Pada akhirnya, tahun 2022 membuktikan satu hal. Jumlah standar dalam pola aku membaca buku yaitu 15 buku. Selain itu ada realita yang tidak terbantahkan, to be read menumpuk, perlu diselesaikan. Ini yang menjadi konsen besar 2023 ini dan seterusnya.

Terima kasih telah berkenan membaca ulasan di WordPress ku dan juga berbagai akun media sosialku, bil khusus Instagram. Sangat berterima kasih dan mengapresiasi atas kesetiaannya, semoga tidak bosan. Aku masih perlu diberikan masukan ataupun kritikan, agar semakin baik lagi. Jangan sungkan-sungkan. Aku bukan rezim otoriter kok, tenang saja.

Dengan jurnal penutup ini, maka aku akan menutup jurnal #BukuUntuk2022 dan membuka jurnal baru dengan tagar #BukuUntuk2023.