(#BukuUntuk2022)

Selesai baca buku ke-6
Aku Hendak Pindah Rumah – M Aan Mansyur
Penerbit JBS (2021)
86 halaman
Lama baca: 6 Agustus – 1 September 2023

Intro

Aku memutuskan untuk membaca buku puisi setelah sejak awaltahun tidak merasakan keindahan diksi sajak. Aku pilih buku yang tipis dengan harapan agar dapat dibaca dengan cepat, tidak lama. Karya Aan Mansyur dua tahun lalu, aku pilih untuk menemani kehidupanku selanjutnya.

Blurb

Buku dengan judul “Aku Hendak Pindah Rumah” ini teridi atas 51 judul puisi. Tebal halaman buku tertandai 86 halaman. Artinya, ada puisi judulnya satu tapi terbagi dalam beberapa segmen. Buku ini tanpa ilustrasi, semuanya adalah teks.

Review

Terdapat puisi dengan judul “Doa” yang membahas tentang usia kelak akan menjadi bumi (tanah, menurut interpretasi ku). Lalu apa yang didoakan? Manusia dalam menjalani hidup selalu memakan makanan yang berbiji. Biji itulah yang didoakan, supaya dapat merayakan panen.

Selain itu, tubuh manusia yang meninggal akan kembali menjadi tanah, menyatu dengan bumi. Tubuh itulah yang didoakan supaya menjadi unsur hara yang menyuburkan. Doa ini mengantarkan harapan, meskipun telah mati namun tidak sia-sia untuk bumi.

Aku melihat puisi itu sebagai sebuah kaca pengilon. Doa itu akan kembali kepada yang berdoa. Selain itu, doa tu tidak praktis lalu terkabulkan sesegera mungkin. Doa-doa yang dipanjatkan umurnya lebih lama daripada umur manusia yang berdoa. Doa dapat dikabulkan dan dinikmati oleh manusia lain dan generasi selanjutnya. 

Tipografi puisi “Doa” ini juga unik. Dua baris berulang yang disusun paling banyak empat kata. Lalu dipisahkan dengan spasi satu baris. Penutup puisi ini beda. Hanya satu baris dengan satu kata. Unik sekali. Sekaligus menarik.

Puisi yang menarik lagi yaitu berjudul “Safinah”. Puisi ini terdiri atas empat bagian. Masing-masing memiliki muatan materi tentang nostalgia masa kecil, pertumbuhan yang cepat, perantauan dan kerinduan. Puisi ini sentimentil dengan membahas soal kehidupan dan keibuan.

Penekanan atas aspek kewanitaan cukup dominan. Penggunaan kata “bukit dada”, “rahim”, “kau bernyanyi mengulang-ulang, kata pulang & rembang petang” merupakan  ciri yang merujuk pada sosok wanita yang sangat berarti dalam kehidupan dan sandaran.

Lalu bagaimana dengan “Safinah”? Apakah itu nama wania ini? Jawabanku sendiri berargumentasi. Kemungkinan Safinah diartikan sebagai “kapal” sebagaimana terjemahannya dari bahasa Arab. Lalu, ku kaitkan bahwa ibu adalah kapal yang mengantarkan kehidupan manusia. Selepas dari rahim, manusia akan menjalani kehidupannya. Kandungan merupakan kapal yang bernafas.

Aku Hendak Pindah Rumah adalah salah satu judul puisi dalam buku ini. Puisi ini akan ditemukan di akhir-akhir buku. Sehingga, judul buku ini tidak mewakili “rasa” semua antologi yang disusun menjadi buku cetakan JBL. Meski demikian, Bang Aan pada buku ini lebih sering “curhat” tentang bahasan kenyamanan seperti rumah, lingkungan, pribadi yang semua itu memiliki keterkaitan dengan sosok Ibu. 

Aku memahami dan menafsiri sendiri bahwa makna dari yang dimaksud “rumah” pada judul buku menggambarkan sosok “Ibu”. Memang di sanalah rumah kita dahulu, sebelum mengenal dunia ini. Lalu, maksud “pindah” yaitu berkaitan dengan peristiwa kelahiran, dari alam rahim menuju alam dunia. Rumah yang nyaman itu hilang tatkala kelahiran.

Aku tidak akan mengulas lebih jauh, bagaimanapun seperti yang biasa ku ungkapkan, meresensi buku puisi itu sulit. Aku sudah mengomentari dua puisi yang hadir di awal-awal buku. Selebihnya, aku menuliskan catatan pada saat proses membacanya dengan sebuah thread, yang dapat diakses melalui https://s.id/dalifnun-akuhendakpindahrumah 

Rate

****/*